Halo,

Yuk Daftar untuk bergabung dengan komunitas kami!

Selamat Datang kembali,

Silakan masuk ke akun Anda!

Tidak ingat kata sandi,

Lupa password? Silakan masukkan alamat email Anda. Anda akan menerima tautan dan akan membuat kata sandi baru melalui email.


Maaf, Anda tidak memiliki izin untuk mengajukan pertanyaan, Anda harus login untuk mengajukan pertanyaan. Silakan berlangganan keanggotaan berbayar

Harap jelaskan secara singkat mengapa Anda merasa pertanyaan ini harus dilaporkan.

Harap jelaskan secara singkat mengapa Anda merasa jawaban ini harus dilaporkan.

Harap jelaskan secara singkat mengapa Anda merasa pengguna ini harus dilaporkan.

Guru

Guru

  • Kelompok publik
  • 2 Pengguna
  • 1 Pos
  • 19 Melihat

Mengapa kebanyakan guru menilai proses belajar dari keaktifan muridnya di kelas? Bukankah hal itu tidak adil bagi seorang introver?

Mari kita lihat seberapa berantakannya ini sebenarnya.

Hal ini karena Kompetensi Inti dalam Kurikulum Nasional menuntut hal seperti itu. Ada empat Kompeensi Inti; (1) kompetensi inti sikap spiritual, (2) kompetensi inti sikap sosial, (3) kompetensi inti pengetahuan, dan (4) kompetensi inti keterampilan. Kompetensi (2) ini umumnya dinilai dari bagaimana siswa berinteraksi dalam lingkungan sekolah.

Kalau saya boleh berasumsi, sebenarnya kompetensi 2–4 adalah pergeseran dari afektif, kognitif, dan psikomotorik; yang mana kompetensi (2) benar-benar bergeser dari makna afektif. Afektif sesungguhnya adalah tentang seberapa besar siswa berminat pada suatu bidang pelajaran. Sementara sikap sosial adalah hal yang berbeda.

Bagaimana menilai afektif?

Well, ketika seseorang berminat pada suatu bidang pelajaran, dia akan nampak antusias untuk menelusuri lebih jauh. Indikator yang bisa digunakan adalah dia akan banyak bertanya kepada guru (walaupun sebenarnya tentu saja ada kemungkinan siswa lebih suka mencari sendiri lewat internet). Dan ketika guru melempar pertanyaan kritis ke kelas, siswa dengan antusiasme tersebut akan nampak menunjukkan diri.

Ayolah, saya yakin kalian juga punya teman sekelas yang begitu pendiam (mungkin juga penyendiri) tetapi pada satu mata pelajaran dia terlihat lebih bersemangat. Bukan selalu pemahaman yang membuat siswa berani menyelesaikan soal baru di depan kelas. Tetapi juga minat dan hasrat. Sekalipun dia menyembunyikan jawabannya di buku tulis tanpa menunjukkannya di depan kelas, guru dengan “mekanik” berpengalaman akan menyadarinya dengan mudah.

Tetapi,

Entah kenapa kompetensi (2) menjadi sikap sosial. Mungkin mereka merasa ini menjadi lebih luas karena tidak hanya melihat dari “keaktifan” siswa tetapi juga dari cara “bersosial”. Ini tidak akurat. Rasanya seperti, saya mengajar bahasa Inggris tetapi kenapa saya harus menilai sikap sosial mereka?

Yang sebenarnya lebih membingungkan adalah kompetensi (1). Kenapa dia ada?

Kita tidak sedang berada di posisi di mana kita merubah situasi seperti ini sekarang. Kecuali untuk pengajar. Pengajar bisa merubah ini di kelasnya masing-masing. Tetapi kalau suatu saat salah satu dari kalian memiliki kuasa untuk merubah ini. Tolong rubahlah.